8 NASEHAT UNTUK SUAMI

8 NASEHAT UNTUK SUAMI

1. Hargai isterimu sebagaimana engkau menghargai ibumu, sebab isterimu juga seorang ibu dari anak-anakmu..

2. Jika marah, boleh tidak berbicara dengan isterimu, tapi jangan bertengkar dengannya (membentaknya, mengatainya, memukulnya)..

3. Kantung rumah adalah seorang isteri, jika hati isterimu tidak bahagia, maka seisi rumah akan tampak seperti neraka (tidak ada canda tawa, manja, perhatian),maka sayangi isterimu agar dia bahagia dan kau akan merasa seperti disurga..

4. Besar atau kecil gajimu, seorang isteri tetap ingin diperhatikan. dengan begitu, maka isterimu akan selalu menyambutmu pulang dengan kasih sayang..

5. 2 orang yang tinggal 1 atap (menikah) tidak perlu gengsi, bertingkah, siapa menang siapa kalah. karena keduanya
bukan untuk bertanding melainkan teman hidup selamanya..

6. Di luar banyak wanita idaman melebihi
isterimu,namun mereka mencintaimu atas dasar apa yang kamu punya
sekarang, bukan apa adanya dirimu,saat kamu menemukan masa sulit, maka wanita tersebut akan meninggalkanmu
dan punya pria idaman lain dibelakangmu..

7. Banyak isteri yang baik,tapi diluar sana banyak pria yang ingin mempunyai isteri yang baik dan mereka tidak mendapatkannya.mereka akan menawarkan perlindungan terhadap isterimu,maka jangan biarkan isterimu
meninggalkan rumah karena kesedihan, sebab ia akan sulit sekali untuk kembali..

8. Ajarkan anak laki-lakimu bagaimana berlaku terhadap ibunya, sehingga kelak mereka tahu bagaimana memperlakukan isterinya..

Subhanallah…

Semoga yang mengucapkan Aamiin mendapat pasangan yang sholeh/ sholehah dan menjadi keluarga yang
sakinah, mawadah dan warahmah, serta kelak dimasukkan ke dalam surga yang terindah.

Aamiin…
(disadur dari blog tetangga)

Kalimat Penenang Saat Bertengkar

Bertengkar dengan pasangan tidak harus selalu berakhir buruk. Banyak cara yang bisa Anda lakukan agar hubungan kembali hangat setelah pertengkaran terjadi.
Pertengkaran merupakan hal wajar bagi tiap pasangan. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana Anda dan pasangan melewati proses tersebut dan kembali menjalani hubungan.
Berikut 22 kalimat yang bisa Anda ungkapkan, untuk menenangkan emosi, seperti dilansir dari Shine. Katakan saja salah satu dari kalimat berikut saat bertengkar dengan pasangan untuk menenangkan situasi dan menghangatkan hubungan kembali.
1. Cobalah mengerti sudut pandangku
2. Tunggu, bisa aku tarik lagi ?
3. Kamu tidak harus menyelesaikannya, cukup bagiku untuk berbicara denganmu.
4. Ini sangat penting untukku, tolong dengarkan.
5. Maaf, aku bereaksi berlebihan.
6. Aku melihatmu dalam posisi yang sulit.
7. Aku bisa melihat bagianku dalam hal ini.
8. Aku tidak berpikir seperti itu sebelumnya.
9. Aku bisa saja salah.
10. Kita bisa setuju atau tidak setuju dalam hal ini.
11. Ini bukan hanya masalah kamu, tapi masalah kita.
12. Aku merasa tidak dihargai.
13. Kita sudah keluar dari masalah utama.
14. Kamu telah meyakinkanku.
15. Tolong, tetaplah berbicara denganku.
16. Aku sadar ini bukan kesalahanmu.
17. Semuanya terkadang terlihat salah.
18. Aku juga membuat masalah makin besar.
19. Sebenarnya apa yang kita perdebatkan ?
20. Bagaimana caranya agar aku bisa membuat keadaan jadi lebih baik?
21. Maafkan aku.
22. Aku sayang kamu.
(disadur dari Vivanews)

7 Makanan terbaik bagi wanita

VIVAnews – Ingin mengetahui jenis makanan terbaik untuk membantu wanita menurunkan kolesterol, mengurangi risiko penyakit jantung, kanker, bahkan membuat suasana hati menjadi lebih baik?

Ada tujuh macam makanan yang terbukti memiliki manfaat besar bagi Anda, baik yang sudah menjadi ibu maupun yang masih lajang. Kabar baiknya lagi, semua makanan yang akan mengubah hidup Anda ini tersedia di supermarket terdekat di kota Anda, dikutip dari laman Modern Mom.

1. Blueberry
Buah ini mengandung antioksidan dan phytoflavinoids. Selain itu tinggi kandungan kalium dan vitamin C-nya. Dengan mengonsumsi blueberry, Anda dapat mengurangi risiko penyakit jantung, kanker, mencegah hilangnya memori, membantu menurunkan tekanan darah, bahkan membantu melawan keriput!

2. Salmon
Ikan salmon mengandung dua jenis Omega-3, termasuk DHA, asam lemak esensial yang baik untuk kehamilan. Manfaat lainnya ialah meningkatkan suasana hati, melawan depresi, dan dapat melindungi Anda dari penyakit Alzheimer dan kanker.

3. Makanan coklat berwarna gelap
Siapa bilang Anda dilarang makan coklat. Anda boleh saja mengonsumsinya, asalkan Anda memastikan coklat warnanya gelap dan berkualitas baik. Ini mengandung antioksidan dan dapat mengurangi risiko stroke, tekanan darah rendah, hidrat kulit, dan mempertajam pemikiran seseorang.

Carilah coklat yang memiliki kadar kakao (biji coklat) tinggi atau lebih dari 60%. Makin gelap warnanya, makin baik.

4. Teh
Kekuatan antioksidan yang terkandung dalam teh hitam sama seperti yang dimiliki teh hijau. Yakni mengandung ECGC (molekul yang terkandung dalam teh hijau), antioksidan kuat yang dapat melawan penyakit jantung dan membantu mencegah demensia, diabetes, dan stroke.

Para peneliti di Spanyol dan Inggris juga menemukan bahwa ECGC dapat menghambat pertumbuhan sel kanker.

Jadi, menyeruput teh setiap hari akan sangat baik untuk kesehatan Anda. Selain manfaat di atas, minuman ini juga dapat membantu Anda membakar kalori lebih banyak!

5. Kedelai
Manfaat mengonsumsi kacang kedelai ternyata sangat mengesankan. Sebuah studi tahun 2003 yang dilaporkan dalam The Journal of American Medical Association menunjukkan kedelai bermanfaat untuk menurunkan kolesterol.

Kacang kedelai dapat dijadikan aneka hidangan, makanan atau minuman. Misalnya, makanan tahu atau susu kedelai. Tetapi waspadalah, jika di keluarga Anda memiliki riwayat kanker payudara, tidak dianjurkan untuk mengonsumsi hidangan yang berbahan kedelai.

6. Avocado atau alpukat
Buah ini mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi. Setidaknya mengandung 11 vitamin dan 14 mineral yang bermanfaat. Alpukat kaya akan protein, riboflavin (atau dikenal sebagai vitamin B2), niasin (atau dikenal sebagai vitamin B3), potasium (atau lebih dikenal sebagai kalium), dan vitamin C.

Alpukat juga mengandung lemak yang cukup tinggi. Tapi, Anda tidak perlu khawatir karena lemak pada alpukat mirip dengan lemak pada minyak zaitun yang sangat sehat. Lemak yang dikandung dalam alpukat merupakan lemak tak jenuh yang berdampak positif dalam tubuh. Lemak pada alpukat juga digunakan dalam pembuatan sabun dan kosmetik.

7. Brokoli
Ibu rumah tangga dan wanita lajang disarankan untuk senantiasa mengonsumsi sayuran brokoli. Sayur ini terbukti mampu membantu mencegah kanker payudara dengan menjaga kelebihan estrogen.

Sayur rokoli kaya akan Vitamin C dan A, serat, asam folat, kalsium, besi dan kalium. Sayuran ini bisa dimakan setelah dimasak atau mentah!

5 Barang Pengancam Kesehatan

Bahaya yang mengancam kesehatan ternyata ada di dalam rumah Anda sendiri. Apa saja?

Siapa sangka, barang-barang di rumah kita bisa menjadi sumber penyakit yang berbahaya bagi kesehatan. Berikut daftar barang-barang tersebut, seperti yang dikutip dari Genius Beauty.

1. Talenan kayu. Hingga kini, benda ini masih menjadi barang yang selalu ada di dapur. Fungsinya sebagai tatakan saat memotong bahan-bahan mentah untuk di masak. Menurut John Oxford, peneliti dari Universitas London, sebuah talenan kayu dapat menyimpan ribuan bakteri penyebab penyakit. Sisa potongan makanan yang mengendap dapat membuat koloni bakteri baru dan mengendap di kayu. Bakteri tersebut akan menempel di setiap bahan makanan yang kita potong.

2. Talenan plastik. Seringkali digunakan untuk mengganti talenan kayu yang lebih tradisional. Tak semua talenan terbuat dari plastik yang aman. Bahan plastik bisa berbahaya jika tidak sengaja terkonsumsi. Pilihlah produk talenan plastik yang menjamin keamanan plastiknya. Jika Anda tak yakin, saat talenan sudah tergores, lebih baik ganti dengan yang baru.

3. Sikat gigi. Peneliti dari Universitas Manchester mengungkap bahwa sebanyak 10 juta bakteri bisa berkumpul di sikat gigi. Tak hanya itu, virus penyakit dan jamur bisa berkembang biak di sana. Para peneliti menyarankan Anda untuk mengganti sikat gigi 2-3 bulan sekali.

4. Handuk. Kondisinya kurang lebih sama dengan sikat gigi. Dan untuk menghilangkan bakteri yang berkumpul di dalamnya, perlu pemanasan hingga 90 derajat celcius.

5. Bantal. Bakteri yang berkumpul pada bantal bisa menyebabkan gangguan pernapasan, gatal-gatal dan demam. Professor Jean Amberline, dari British Society for Allergy menyarankan untuk mengganti sarung bantal secara teratur, serta mengganti bantal setiap 2 tahun sekali.

Ayu Kinanti (yahoo.com)

Yang seharusnya menjadi idola…

Salah satu watak bawaan manusia sejak diciptakan Allah Ta’ala adalah kecenderungan untuk selalu meniru dan mengikuti orang lain yang dikaguminya, baik dalam kebaikan maupun keburukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“الأرواح جنود مجندة، فما تعارف منها ائتلف وما تناكر اختلف”

“Ruh-ruh manusia adalah kelompok yang selalu bersama, maka yang saling bersesuaian di antara mereka akan saling dekat, dan yang tidak bersesuaian akan saling berselisih”[1].

Oleh karena itulah, metode pendidikan dengan menampilkan contoh figur untuk diteladani adalah termasuk salah satu metode pendidikan yang sangat efektif dan bermanfaat.

Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah Ta’ala menceritakan kisah-kisah keteladanan para Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjadi panutan bagi orang-orang yang beriman dalam meneguhkan keimanan mereka. Allah Ta’ala berfirman,

{وَكُلا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ}

“Dan semua kisah para rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS Huud:120).

Ketika menjelaskan makna ayat ini, syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Yaitu: supaya hatimu tenang dan teguh (dalam keimanan), dan (supaya kamu) bersabar seperti sabarnya para Rasul ‘alaihimush sholaatu wa salaam, karena jiwa manusia (cenderung) senang meniru dan mengikuti (orang lain), dan (ini menjadikannya lebih) bersemangat dalam beramal shaleh, serta berlomba dalam mengerjakan kebaikan…”[2].

Fenomena Pemilihan Idola dalam Masyarakat

Jika kita memperhatikan kondisi mayoritas kaum muslimin, kita akan mendapati suatu kenyataan yang sangat memprihatikan, karena kebanyakan mereka justru mengagumi dan mengidolai orang-orang yang tingkah laku dan gaya hidup mereka sangat bertentangan dengan ajaran Islam, seperti para penyanyi, bintang film, pelawak dan bintang olah raga. Bahkan mereka lebih mengenal nama-nama idola mereka tersebut dari pada nama-nama para Nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam dan orang-orang yang bertakwa kepada Allah Ta’ala.

Kenyataan ini tentu saja sangat buruk dan berakibat fatal, karena setiap pengidola, tentu akan membeo segala tingkah laku dan gaya hidup idolanya, tanpa menimbang lagi apakah hal itu bertentangan dengan nilai-nilai agama atau tidak, karena toh memang mereka mengidolakannya bukan karena agama, tapi karena pertimbangan dunia dan hawa nafsu semata-mata.

Lebih fatal lagi, jika pengidolaan ini berakibat mereka mengikuti sang idola meskipun dalam hal-hal yang merusak keimanan dan akidah Islam, dan lambat laun sampai pada tahapan mengikuti keyakinan kafir dan akidah sesat yang dianut sang idola tersebut. Karena merupakan watak bawaan dalam jiwa manusia, bahwa kesamaan dalam hal-hal yang lahir antara seorang manusia dengan manusia lainnya, lambat laun akan mewariskan kesamaan dalam batin antara keduanya, disadari atau tidak. Ini berarti jika seorang muslim suka meniru tingkah laku dan gaya hidup orang kafir, maka lambat laun hatinya akan menerima dan mengikuti keyakinan rusak orang kafir tersebut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan dengan keras bahaya perbuatan ini dalam sabda beliau: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka”[3].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – berkata, “Sesungguhnya kesamaan dalam (penampilan) lahir (antara dua orang manusia) akan mewariskan kasih sayang, cinta dan loyalitas (antara keduanya) dalam batin/hati, sebagaimana kecintaan dalam hati akan mewariskan kesamaan dalam (penampilan) lahir.

Hal ini dapat dirasakan dan dibuktikan dengan percobaan. Sampai-sampai (misalnya ada) dua orang yang berasal dari satu negeri, kemudian mereka bertemu di negeri asing, maka (akan terjalin) di antara mereka berdua kasih sayang dan cinta yang sangat mendalam, meskipun di negeri asal mereka keduanya tidak saling mengenal atau (bahkan saling memusuhi”[4].

Memilih Teladan dan Idola yang Baik bagi Keluarga

Sebagai seorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tentu kita wajib memilih idola yang baik bagi keluarga kita, yang akan memberi manfaat bagi pembinaan rohani mereka.

Dalam hal ini, idola terbaik bagi seorang muslim adalah Nabi mereka, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang diutus oleh Allah Ta’ala untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”[5].

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling kuat dan sempurna dalam menjalankan petunjuk Allah Ta’ala, mengamalkan isi al-Qur’an, menegakkan hukum-hukumnya dan menghiasi diri dengan adab-adabnya[6]. Oleh karena itulah Allah Ta’ala sendiri yang memuji keluhuran budi pekerti beliau dalam firman-Nya,

{وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ}

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS al-Qalam:4).

Dan ketika Ummul mu’minin ‘Aisyah t ditanya tentang ahlak (tingkah laku) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menjawab, “Sungguh akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah al-Qur’an“[7].

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok teladan dan idola yang sempurna bagi orang-orang yang beriman kepada Allah yang menginginkan kebaikan dan keutamaan dalam hidup mereka.

Allah Ta’ala berfirman,

{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا}

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS al-Ahzaab:21).

Dalam ayat yang mulia ini, Allah Ta’ala sendiri yang menamakan semua perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai “teladan yang baik“, yang ini menunjukkan bahwa orang yang meneladani sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti dia telah menempuh ash-shirathal mustaqim (jalan yang lurus) yang akan membawanya mendapatkan kemuliaan dan rahmat Allah Y[8].

Kemudian setelah itu, idola yang utama bagi seorang mukmin adalah orang-orang yang teguh dalam menegakkan tauhid dan keimanan mereka, sehingga Allah Ta’ala sendiri yang memuji perbuatan mereka sebagai “suri teladan yang baik” dalam firman-Nya,

{قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ}

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri (nabi) Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya (yang mengikuti petunjuknya); ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah semata” (QS al-Mumtahanah:4).

Ketika mengomentari ayat ini, syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Sesungguhnya keimanan dan pengharapan balasan pahala (dalam diri seorang muslim) akan memudahkan dan meringankan semua yang sulit baginya, serta mendorongnya untuk senantiasa meneladani hamba-hamba Allah yang shaleh, (utamanya) para Nabi dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena dia memandang dirinya sangat membutuhkan semua itu” [9].

Demikian pula para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan shaleh yang utama bagi orang yang beriman, karena Allah memuji mereka dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya firman-Nya,

{مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا}

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia (para sahabat y) adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi penyayang di antara sesama mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS al-Fath:29).

Dalam hal ini, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Barangsiapa di antara kamu yang ingin mengambil teladan, maka hendaknya dia berteladan dengan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena mereka adalah orang-orang yang paling baik hatinya di umat ini, paling dalam pemahaman (agamanya), paling jauh dari sikap berlebih-lebihan, paling lurus petunjuknya, dan paling baik keadaannya, mereka adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi sahabat nabi-Nya, maka kenalilah keutaman mereka dan ikutilah jejak-jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk yang lurus”[10].

Menjadikan Diri sebagai Teladan dalam keluarga

Termasuk teladan yang utama bagi kelurga kita adalah diri kita sendiri, karena tentu saja kita adalah orang yang paling dekat dengan mereka dan paling mudah mempengaruhi akhlak dan tingkah laku mereka. Maka menampilkan teladan yang baik dalam sikap dan tingkah laku di depan anggota keluarga adalah termasuk metode pendidikan yang paling baik dan utama. Bahkan para ulama menjelaskan bahwa pengaruh yang ditimbulkan dari perbuatan dan tingkah laku yang langsung terlihat terkadang lebih besar dari pada pengaruh ucapan[11].

Hal ini disebabkan jiwa manusia itu lebih mudah mengambil teladan dari contoh yang terlihat di hadapannya, dan menjadikannya lebih semangat dalam beramal serta bersegera dalam kebaikan[12].

Dalam hal ini, imam Ibnul Jauzi membawakan sebuah ucapan seorang ulama salaf yang terkenal, Ibarahim al-Harbi[13]. Dari Muqatil bin Muhammad al-’Ataki, beliau berkata, Aku pernah hadir bersama ayah dan saudaraku menemui Abu Ishak Ibrahim al-Harbi, maka beliau bertanya kepada ayahku: “Mereka ini anak-anakmu?”. Ayahku menjawab: “Iya”. (Maka) beliau berkata (kepada ayahku): “Hati-hatilah! Jangan sampai mereka melihatmu melanggar larangan Allah, sehingga (wibawamu) jatuh di mata mereka“[14].

Syaikh Bakr Abu Zaid, ketika menjelaskan pengaruh tingkah laku buruk seorang ibu dalam membentuk kepribadian buruk anaknya, beliau berkata, “Jika seorang ibu tidak memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), tidak menjaga kehormatan dirinya, sering keluar rumah (tanpa ada alasan yang dibenarkan agama), suka berdandan dengan menampakkan (kecantikannya di luar rumah), senang bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahramnya, dan lain sebagainya, maka ini (secara tidak langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktek (nyata) bagi anaknya, untuk (mengarahkannya kepada) penyimpangan (akhlak) dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang terpuji, berupa (kesadaran untuk) memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta (memiliki) rasa malu, inilah yang dinamakan dengan ‘pengajaran pada fitrah (manusia)’ “[15].

Pengaruh Positif Teladan yang Baik bagi Keluarga

Di antara pengaruh positif teladan yang baik adalah hikmah yang Allah Ta’ala sebutkan dalam ayat tersebut di atas:

{وَكُلا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ}

“Dan semua kisah para rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS Huud:120).

Dalam ayat ini jelas sekali menunjukkan bahwa kisah-kisah dalam al-Qur’an tentang ketabahan dan kesabaran para Nabi ‘alaihimush shalaatu wa salaam dalam memperjuangkan dan mendakwahkan agama Allah sangat berpengaruh besar dalam meneguhkan hati dan keimanan orang-orang yang beriman di jalan Allah Ta’ala.

Ketika menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir berkata, “Allah Ta’ala berfirman: semua yang kami ceritakan padama tentang kisah para rasul yang terdahulu bersama umat-umat mereka, ketika mereka berdialog dan beradu argumentasi (dengan umat-umat mereka), ketabahan para Nabi dalam (menghadapi) pengingkaran dan penyiksaan (dari musuh-musuh mereka), serta bagaimana Allah menolong golongan orang-orang yang beriman dan menghinakan musuh-musuh-Nya (yaitu) orang-orang kafir, semua ini adalah termasuk perkara yang (membantu) meneguhkan hatimu, wahai Muhammad, agar engkau bisa mengambil teladan dari saudara-saudaramu para Nabi yang terdahulu”[16].

Imam Abu Hanifah pernah berkata: “Kisah-kisah (keteladanan) para ulama dan duduk di majelis mereka lebih aku sukai dari pada kebanyakan (masalah-masalah) fikh, karena kisah-kisah tersebut (berisi) adab dan tingkah laku mereka (untuk diteladani)” [17].

Demikian pula termasuk manfaat besar teladan yang baik bagi keluarga adalah menumbuh suburkan rasa kagum dan cinta dalam diri mereka kepada orang-orang bertakwa dan mulia di sisi Allah Ta’ala, yang ini merupakan sebab utama meraih kemuliaan yang agung di sisi Allah Ta’ala, yaitu dikumpulkan bersama orang-orang shaleh tersebut di surga kelak, karena seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya pada hari kiamat nanti.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau bersama orang yang kamu cintai (di surga kelak)”. Sahabat yang mulia, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, yang meriwayatkan hadits ini dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, berkata: “Kami (para sahabat) tidak pernah merasakan suatu kegembiraan (setelah masuk Islam) seperti kegembiraan kami sewaktu mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Engkau bersama orang yang kamu cintai (di surga kelak)”, maka aku mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr dan Umar radhiyallahu ‘anhuma, dan aku berharap akan (dikumpulkan oleh Allah Ta’ala) bersama mereka (di surga nanti) karena kecintaanku kepada mereka, meskipun aku belum mengerjakan amalan seperti amalan mereka”[18].

Penutup

Demikianlah, semoga Allah Ta’ala senantiasa memudahkan kita untuk mengambil teladan dan petunjuk yang baik dari kisah-kisah para Nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam dalam al-Qur’an, serta memuliakan kita dengan dikumpulkan di surga kelak bersama para Nabi, para shidiq, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang shaleh, Amin.

{وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا}

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan (dikumpulkan) bersama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS an-Nisaa’:69).

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 26 Shafar 1431 H

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

Artikel http://www.muslim.or.id
[1] HSR al-Bukhari (no. 3158) dan Muslim (no. 2638).
[2] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 392).
[3] HR Ahmad (2/50) dan Abu Dawud (no. 4031), dinyatakan hasan shahih oleh syaikh al-Albani.
[4] Kitab “Iqtidha-ush shiraathal mustaqiim” (hal. 221).
[5] HR Ahmad (2/381) dan al-Hakim (no. 4221), dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaadiitsish shahiihah” (no. 45).
[6] Lihat keterangan imam an-Nawawi dalam kitab “Syarh shahih Muslim” (6/26).
[7] HSR Muslim (no. 746).
[8] Lihat keterangan syaikh Abdurrahman as-Sa’di dalam tafsir beliau (hal. 481).
[9] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 856).
[10] Dinukil oleh imam Ibnu ‘Abdil Barr dengan sanadnya dalam kitab “Jaami’u bayaanil ‘ilmi wa fadhlihi” (no. 1118).
[11] Lihat “al-Mu’in ‘ala tahshili adabil ‘ilmi” (hal. 50) dan “Ma’alim fi thariqi thalabil ‘ilmi” (hal. 124).
[12] Lihat keterangan syaikh Abdurrahman as-Sa’di dalam tafsir beliau (hal. 271).
[13] Beliau adalah Imam besar, penghafal hadits, Syaikhul Islam Ibrahim bin Ishak bin Ibrahim bin Basyir al-Baghdadi al-Harbi (wafat 285 H), biografi beliau dalam “Siyaru a’alamin nubala’” (13/356).
[14] Kitab “Shifatush shafwah” (2/409).
[15] Kitab “Hirasatul fadhiilah” (hal. 127-128).
[16] Kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (2/611).
[17] Dinukil oleh imam Ibnu ‘Abdil Barr dengan sanadnya dalam kitab “Jaami’u bayaanil ‘ilmi wa fadhlihi” (no. 595).
[18] HSR al-Bukhari (no. 3485) dan Muslim (no. 2639).

Tips Khusus Suami & Istri

Berhasil atau tidaknya dua insan mencapai orgasme saat bercinta, diawali dari andal atau tidaknya pasangan memainkan perannya. Jika tidak, hanya seks dangkal yang didapatnya. Di mana titik-titik “mau” itu?

Misteri zona “sumber kenikmatan” saat bercinta atau orang lebih mengenal G-spot selalu menarik perhatian pria dan wanita. G-spot adalah satu atau beberapa titik sensitif yang masih menjadi misteri bagi sebagian besar pria. Reaksi yang ditimbulkan biasanya cukup membuat pria ingin menemukan kembali sumber kenikmatan tersebut.

Huruf G dalam G-spot berasal dari nama seorang dokter. Ernst Grafenberg yang menemukannya pada 1950-an. Menurut sang dokter, G-spot pada tubuh wanita terletak di dalam Miss Ginie di dinding bagian atasnya. Daerah itu membengkak dan biasanya akan menghasilkan respon menyenangkan, sehingga pada sebagian wanita menyebabkan orgasme.

Reaksi terhadap stimulasi G-spot, menurut Grafenberg, seperti yang ditulis Joel D. Block, Ph.D, pada buku Secrets of Better Sex, sangat bervariasi. Ada sebagian wanita sangat sensitif, terlalu sensitif, atau tidak sensitif sama sekali. Jadi, sebaiknya seorang wanita saat menyentu bagian sensitifnya.

Salah satu contoh pasangan yang selalu happy setelah melakukan hubungan suami istri adalah Dody dan Ranti. Meski mereka sudah dikaruniai seorang anak, baru kali ini merasakan nikmatnya berhubungan seks. Sebelum mendapatkan anak, meski seringkali making love (ML), tak pernah merasakan orgasme. Bahkan berkali-kali. Menurut Dody, lelaki berusia 35 tahun ini, ia baru menyadari sang istri merasa puas setelah menikah lima tahun ini. “Dulu nggak pernah terpikir. Main ya main saja,” ujar karyawan bank pelat merah ini.

Tapi, lanjut Dody, setelah ia membaca artikel seks, timbul keinginan mencari wilayah sensitif dan G-spot sang istri. “Kalau sudah terkena beberapa titik, gerakan istriku nggak bisa terkontrol,” katanya. Perkataan Dody pun dibenarkan sang istri tanpa ragu. Wanita yang kini bekerja pada sebuah perusahaan asuarnsi asing ini begitu senang ketika dinding kenikmatannya tersentuh oleh suaminya. “Saya mengalami orgasme yang luar biasa jika suami saya memainkan jarinya di daerah G-spot,” katanya. Hal itu pula yang membuat wanita satu anak ini tak pernah mengeluh soal hubungan cinta dengan suaminya.

Sebelum Anda menggali dan mulai mencari-cari G-spot, ingat bahwa otak Anda dan pasangan harus membuat pikiran dipenuhi dengan cinta dan kasih pusat dari orgasme. Jika Anda mampu membiarkan pikiran bebas tanpa merasa terbebani, dipastikan dia mencapai kesenangan yang sangat diharapkan.

Keingintahuan adalah sifat alamiah setiap insan. Begitu pula dalam urusan seks. Hampir semua pria penasaran, sebenarnya di titik maan saja sih wanita bisa crazy jika disentuh? Nah, sebelum Anda melakukan petualangan mencari zona erotik wanita, pastikan Anda berdua dalam kondisi nyaman, bersih dan penuh kasih.

Berikut beberapa titik yang membuat wanita menjadi siap bertarung saat dirinya sedang “mogok”.

1. Paha
Jangan pernah berlaku kasar saat menyentuh bagian yang dipenuhi urat saraf ini. Biarkan jemari Anda menari dengan lembut di atas kulit yang penuh pesona.

2. Belakang lutut
Tak bisa dimungkiri jika area belakang lutut ini menjadi bagian arena penuh “penyerahan” diri wanita. Sebab, di lokasi ini, semua urat saraf berakhir di belakang lutut.

3. Bokong
Sampaikan sinyal pesan Anda saat ingin bercinta dengan pasangan. Alamatkan tangan Anda pada wilayah ini dan pastikan si dia merasakan kesenangannya. Untuk Anda ketahui, area yang paling sensitif adalah di ujung bawah tulang belakang dan bagian lipatan pertemuan antara paha dan pantat. Lakukan berbagai variasi gerakan untuk memberi sensasi yang berbeda.

4. Leher
Sekedar meniupkan udara di sekitar leher membuat istri Anda terbuai. Apalagi jika tangan atau bibir Anda “bermain”, lenguhan napasnya akan terdengar. Genggam lembut lehernya dengan satu tangan dan tangan lainnya membelainya. Perlakuan seperti ini akan membuat dia menyerah pasrah.

5. Telinga
Bisikkan kata-kata romantis di telinga pasangan Anda. Katakan jika hasrat Anda ingin bermesraan dengannya. Lakukanlah ciuman seerotis mungkin hingga ke punggung istri Anda. Lepaskan dan lihat bila tubuh si dia bergerak erotis.

6. Kaki
Seharian berjalan membuat kaki meminta perhatian untuk dipijat. Memanjakan seputar kaki, mulai dari telapak, jari-jari, hingga tumit, cara baik foreplya dengan pasangan.

7. Payudara
Inilah yang pertama diingat pria dari tubuh seorang wanita. Selain bentuknya indah, lokasi ini sangat peka pada rangsangan. Wujudnya pun membuat Anda bebas melakukan sentuhan bentuk apa pun. Temukan, apakah pasangan Anda lebih suka Anda melakukannya dengan lembut atau sedikit kasar.

8. Pergelangan tangan
Sepertinya aneh jika ini salah satu titik sensitif wanita. Tapi mungkin itu sebabnya para ahli mode menyarankan agar wanita membubuhkan parfum di sekitar pergelangan tangannya. Sebab, ada nadi yang sensitif di situ. Dia pasti akan terkesan kalau areal ini Anda jelajahi.

9. Genitalia
Tempat satu ini tak perlu diperdebatkan lagi. Di areal inilah perasaan seksual wanita paling hebat jika distimulasi. Sekali ketemu tempatnya, sentuhan yang terlembut pun akan memberi sensasi yang menyenangkan dan tidak biasa. Kalaupun tidak ketemu, seperti biasa, mencarinya pun cukup menggairahkan kan?

10. Bibir
Inilah titik paling sensitif di tubuh wanita. Jangan sampai melewatkan bagina ini hanya karena Anda terlalu berhasrat melakukan eksplorasi di bagian lain. Sebab, bibir wanita bisa dimanipulasi sedemikian rupa sehinga dia akan merasa bergairah, terangsang, sekaligus disayang dalamw aktu bersamaan. Ciuman bibir memberikan segalanya yang dibutuhkan wanita ketika melakukan hubungan. Teristimewa ketika berhubungan intim. Kalau Anda pernah mencapai puncak dalam keadaan Anda berciuman, rasakan sensasi kenikmatannya. Luar biasa!
(dari blog tetangga)

Cara mengatasi rasa bosan

Pernah merasa bosan sampai tidak ada energi untuk mengerjakan hal-hal yang perlu atau harus dikerjakan? Atau mungkin sampai tidak mau musti ngapain?

Kerap kali kita mendapat serangan rasa bosan, kehilangan motivasi untuk melakukan aktifitas. Lalu apa yang musti dikerjakan ketika rasa bosan itu datang? Ya yang pasti jangan menunggu berhari-hari apalagi berminggu-minggu menunggu bosan itu hilang. Cobalah 5 cara di bawah ini untuk mengatasi bosan.

1. Jika rasa bosan disebabkan karena bertumpuknya kerjaan, cobalah untuk mengerjakannya one step at a time. Satu per satu. Bagi kerjaan besar menjadi beberapa kerjaan kecil sehingga lebih mudah dan lebih cepat diselesaikan.
2. Jika rasa bosan melanda karena ada satu hal yang tidak selesai-selesai, kenapa tidak coba untuk tinggalkan dan lupakan barang sejenak? Coba lakukan hal lain yang bisa membuat hati senang. Baru setelah itu kembali lagi ke masalah awal.
3. Kadang kala, rasa bosan datang karena badan dan pikiran capai. Akan menjadi sulit untuk memiliki motivasi yang cukup jika badan tidak segar. Tidur bisa menjadi solusi. Tidur singkat sekitar 10-20 menit kadang kala dapat mengembalikan energi dan motivasi yang sempat pudar.
4. Cara lain untuk mengatasi rasa bosan adalah dengan merubah jadwal harian. Hal-hal yang biasa dikerjakan di pagi hari, bisa dicoba di pindahkan ke jadwal sore / malam hari.
5. Setiap manusia pasti senang mendapatkan hadiah. Ga harus hadiah mewah dan mahal. Cobalah untuk memberi hadiah pada diri sendiri. Bisa dengan segelas ice cream atau menghabiskan waktu di salon misalnya

Carilah cara yang cocok untuk mengatasi rasa bosan. Setiap orang memiliki caranya masing-masing, dan bisa jadi berbeda-beda untuk setiap kali rasa bosan itu datang.
(sumber :dunia-ibu.org)

Lima Langkah Penyempurna, Agar Rumah Tangga Bahagia

Lima Langkah Penyempurna, Agar Rumah Tangga Bahagia
Oleh Al Ustadz Abu Umar Basyir

Tentu, rumah tangga bahagia yang bergelar baiti jannati, rumahku adalah surgaku, memiliki harga mati yang wajib kita beli: yakni seharga iman dan kepatuhan kita kepada Allah.

Segala kaidah, petuah, rumus dan kiat-kiat yang berhulu dari olah logika manusia, tak akan bisa menghantarkan pasutri kepada kebahagiaan hakiki. Tanpa kepatuhan kepada Allah, tanpa ketaatan pada syariat yang MahaPencipta, manusia hanya akan menjadi perusak bagi dirinya sendiri, dan bagi siapapun yang ada di sekitarnya, termasuk keluarga, anak, isteri atau suami.

Bisa jadi, kerusakan itu tak terlihat. Bisa jadi orang banyak menganggap mereka sebagai sosok keluarga bahagia. Bisa jadi, seolah-olah mereka adalah keluarga yang layak diteladani dalam segala hal. Selama mereka jauh dari agama Allah, selama itu pula mereka menjadi contoh manusia yang membahayakan diri dan orang lain.

Berikut, beberapa langkah untuk menyempurnakan keluarga bahagia:

Pertama: Mendahulukan Keridhaan Allah, dan Keridhaan Pasangan

Banyak orang beranggapan, bahwa bila ingin rumah tangga senantiasa rukun, tentram dan bahagia, ia harus berusaha memperturutkan keinginginan pasangannya, meski itu harus berlawanan dengan kehendak mereka sendiri, atau bahkan melanggar syariat Allah. Karena bayangan kemarahan pasangan senantiasa tergambar di matanya sebagai hal yang paling menakutkan. Karena itu, mereka berusaha mencari perhatian dan mengambil ‘hati’ pasangan mereka, meski dengan mengorbankan kepatuhannya kepada Allah.

Padahal, Nabi n bersabda,

مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَأَرْضَى النَّاسَ عَنْهُ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ سَخِطَ اللهِ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ

“Siapa saja yang mencari keridhaan Allah dengan hal-hal yang dimurkai oleh umat manusia, pasti Allahpun akan meridhainya, dan umat manusia juga akan menyukainya. Siapa saja yang mencari keridhaan umat manusia dengan hal-hal yang dimurkai oleh Allah, pasti Allahpun akan murka terhadapnya, sementara umat manusia justru akan membencinya[1].”

Saat mencari keridhaan orang lain dengan konsekuensi kemurkaan Allah, maka seseorang akan menjadi budak sesamanya. Kekuatan Allah tidak pernah mengisi hatinya, sementara kemurkaan orang lain akan menjadi Neraka buat dirinya.

Maka, lihatlah suami yang begitu takut pada kemarahan isteri, atau isteri yang begitu khawatir terhadap kemarahan suami, lalu mereka melakukan apa saja demi menghindari kemarahan tersebut. Mereka akan kehilangan kesempatan memperoleh banyak kebajikan. Seorang suami harus bertarung menghadapi kemarahan banyak orang, termasuk atasannya dalam pekerjaan, atau para tetangganya. Ia akan kelihatan begitu menyebalkan di hadapan banyak orang, dan hanya mungkin menjadi hero di hadapan isterinya saja. Dan itupun tidak akan bertahan lama. Karena memuaskan isteri dengan segala cara, justru membuat isteri semakin lapar tuntutan. Layaknya bayi yang tak pernah disapih. Alih-alih mendapatkan pujian sang isteri, ia justru akan menjadi manusia paling sengsara di dalam rumahnya sendiri.

Seorang istri yang berlaku serupa karena takut pada kemarahan suami, akan kehilangan kesempatan menjadi wanita yang baik di mata siapapun, bahkan akhirnya juga di mata suaminya sendiri. Ia akan kepayahan bergaul dengan sesama wanita. Karena segalanya selalu dibatasi kemauan suami. Ia akan sulit mengaji, memperbaiki diri, bila kebetulan sang suami kurang menghendakinya. Bahkan di lingkungan orang-orang taat sekalipun, isteri yang berorientasi hanya pada kenyamanan hati suami tanpa mengindahkan syariat Allah, pasti akan terjebak pada dilema penyembahan sesama manusia. Saat itu, segala sendi kebahagiaan rumah tangga akan runtuh dengan sendirinya.

Ibnu Rajab Al-Hambali menjelaskan,

“Manusia paling berbahagia adalah yang memperbaiki hubungannya dengan Allah. Karena, dengan cara itu, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan manusia. Orang yang mencari keridhaan manusia dengan hal-hal yang membuat Allah murka, pasti pujian manusia terhadapnya, berubah menjadi cacian belaka[2].”

Agar beroleh kebahagiaan seutuhnya, manusia tidak boleh menggantungkan kebahagiaannya pada kehendak sesama manusia. Bagaimana mungkin seseorang bergantung pada kehendak suami atau isterinya, lalu dengan itu mereka ingin bahagia, sementara suami atau isteri mereka sendiripun tak bisa menjaminkan kebahagiaan bagi diri mereka sendiri?

Membiarkan diri kita memperturutkan kemauan orang lain dengan mengorbankan kehendak Yang MahaKuasa, berarti membiarkan diri kita dijajah sesama manusia. Orang yang dijajah, bagaimana mungkin beroleh bahagia?

óOßgtRöqt±øƒrBr& 4 ª!$$sù ‘,ymr& br& çnöqt±øƒrB bÎ) OçFZä. šúüÏZÏB÷s•B ÇÊÌÈ

“Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman…?” (At-Taubah : 13)

Kedua: Membangun Cita-cita Akhirat

Tentu kita semua tahu, bahwa cita-cita tertinggi dalam diri kita sebagai mukmin adalah masuk Surga, dan beroleh keridhaan Allah Yang MahaPengasih.

Tapi, dalam perjalanan kehidupan rumah tangga, suami maupun isteri kerap terjebak pada target-target jangka pendek yang terlalu menyibukkan pikiran, sehingga konsistensi pada nilai-nilai akhirat menjadi terabaikan.

Hari ini, saya harus beli ini. Tanggal sekian, saya harus sudah bisa membeli ini, memiliki itu. Tahun ke sekian pernikahan, kami harus sudah mempu begini dan begitu.

Keinginan adalah manusiawi. Tapi kerap kali keinginan suami maupun isteri, membayangi-bayangi pikiran mereka sepanjang waktu. Sehingga tak ada hari tanpa memikirkan target dan pencapaian yang harus diraih. Sebuah kegagalan, akan menyisakan tumpukan kegundahan dalam hati. Bagaimana bila kegagalan demi kegagalan terus berdatangan? Bersiaplah menjadi manusia paling melarat di dunia.

“Orang yang cita-citanya tertuju pada dunia saja, urusannya akan Allah cerai beraikan, kemiskinan senantiasa terbayang di pelupuk matanya, sementara dunia yang mendatanginya hanya sebatas yang telah Allah tetapkan baginya saja. Dan Siapa saja yang cita-citanya tertuju pada akhirat, pasti Allah beri keteguhan pada kesatuan jiwanya, kekayaan selalu melekat dalam hatinya, sementara dunia justru mendatanginya secara pasrah.[3]“

Pondasi ini harus kerap dikampanyekan dalam keluarga. Suami maupun isteri harus saling ingat-mengingati soal cita-cita akhirat ini. Setiap tingkah, prilaku, amalan, hingga ucapan sehari-hari yang mulai mengarah untuk menjebak diri mereka ke dalam kegilaan terhadap dunia, harus segera dimandulkan kembali. Apakah dengan itu mereka akan menjadi pribadi yang pemalas? Tidak, sama sekali tidak.

Itu bisa terlihat, ketika suami terlalu sibuk bekerja, sehingga lupa mengajak isteri mengaji, lupa dengan masjid, mulai semakin jarang membaca Al-Quran…..Sang isteri wajib menegur, dan mengingatkan suami, “Mas, mari kita kembali kepada Allah….”

Saat mulut isteri sibuk berkicau soal keinginan-keinginan duniawi, sehingga menjadi sepi dari dzikir, sang suami harus berkata santun, “Sayang, banyaklah bertasbih, bertakbir, bertahlil, agar iiwa kita senantiasa ingin mengejar akhirat…”

Saat kegilaan terhadap dunia menghinggapi hati salah satu pasutri, apalagi kedua-duanya, maka arah kehidupan rumah tangga akan berbolak-balik. Mereka tak akan pernah merasa nyaman dalam satu kondisi. Pikiran mereka selalu berusaha melahap kenyamanan-kenyamanan baru, sehingga nyaris tak pernah menyukuri segala yang Allah karuniakan kepada mereka.

Itulah sebabntya, banyak konflik rumah tangga terjadi, karena hasrat-hasrat duniawi yang tidak terpenuhi. Ada yang isteri yang ribut secara heboh, hanya karena uang jatah uang bulannya berkurang. Padahal sesungguhnya, yang ia terima masih sangat berlimpah dibandingkan kebanyakan orang.

Itulah sebabnya, banyak suami yang bekerja kesetanan mencari tambahan rezki, karena baik dirinya maupun isterinya, sama-sama menganggap bahwa pencapaian tertentu dalam soal kemapanan adalah keharusan. Kegagalan adalah musibah yang tak bisa dimaafkan.

Dengan demikian, berarti kebahagiaan seseorang amatlah bergantung pada pencapaian hasrat-hasrat duniawinya. Padahal hasrat manusia selalu berkembang. Hari ini, batas sekian sangatlah mencukupi. Bila itu sudah tercapai, ia akan mengejar yang lebih banyak lagi. Hasratnya akan makin berkembang dari hari ke hari. Maka, dari mana kebahagiaan itu akan muncul? Bagaimana pasutri bisa mengenyam kebahagiaan itu, bila syarat pencapaiannya senantiasa berubah-ubah?

Saudara seiman. Bila sebuah rumah tangga tidak dibangun dengan terus mengasah kecintaan terhadap akhirat, dengan saling nasihat menasihati dalam meningkatkan ibadah, maka hasrat-hasrat duniawi akan membelit jiwa pasutri. Bila itu terjadi, kebahagiaan hidup akan menjadi angan-angan belaka.

Ketiga: Meningkatkan Kwalitas Karakter dan Kebiasaan

Ada sebuah hal sederhana yang kerap diabaikan oleh pasutri, padahal itu amatlah berpengaruh pada proses pembahagiaan hidup dan penyejahteraan jiwa. Hal itu tersebut adalah perbaikan karakter dan kebiasaan.

Manusia yang tidak berdinamika untuk semakin baik dari hari kehari, pasti akan terjebak dalam kepenatan hidup. Karena ujian dan cobaan hidup makin beragam, sementara potensi diri tidak berkembang.

Begitu juga dalam kehidupan pasutri. Di antara sekian banyak problematika rumah tangga, sisi yang terberat adalah membina keserasian dan harmonisasi pasutri dalam kehidupan sehari-hari.

Yang paling kerap mengganjal tujuan membina keserasian adalah adanya perbedaan karakter antara suami dan isteri, yang menyebabkan mereka kesulitan untuk berinteraksi secara nyaman. Perbedaan karakter dan kebiasaan itu kadang-kadang kontradiktif, seperti perbedaan antara manis dan pahit, dingin dan panas, sehingga kerap terjadi ketegangan-ketegangan saat kepentingan karakternya terusik oleh kepentingan karakter pasangannya.

Saat makan, saat menikmati udara, saat mengamati kasus-kasus tertentu, saat menghibur diri, tentu sangat membahagiakan pasutri. Tapi semua itu lenyap seketika, ketika masing-masing memiliki karakter berseberangan saat menikmati semuanya. Kebersamaan yang indah itu akhirnya justru memberi hasil sebaliknya: keributan.

Maka, setiap pasutri wajib membina karakter dan kebiasaannya agar semakin permisif, semakin akomodatif terhadap perbedaan karakter pasangannnya. Dan itu akan semakin mudah, bahkan semakin memberikan kenikmatan lebih, bila mereka tulus menjalannya.

Ada isyarat dalam hadits, yang tidak dipahami oleh banyak orang.

“Janganlah seorang suami beriman membenci istrinya yang beriman. Karena kalau ia tidak menyukai salah satu tabiatnya, pasti ada tabiat lain yang membuatnya merasa senang[4].”

Hadits ini sering digunakan untuk makna bahwa seseorang harus berusaha sabar menghadapi karakter dan kebiasaan pasangan yang tidak dia sukai. Padahal sesungguhnya, hadits juga memberi isyarat tegas bahwa setiap pasangan harus berusaha mengoptimalkan sisi karakter yang disukai oleh pasangan, agar dapat meminimalisir pengaruh karakter dan kebiasaan buruknya terhadap pasangannya tersebut.

Artinya, jangan sampai karakter yang tidak disukai pasangan justru semakin dominan dari hari ke hari. Justru sebaliknya, karakter yang kurang disukai itu hendaknya semakin hari semakin dikikis, sementara karakter yang disengani oleh pasangan, semakin hari semakin diasah. Bila keduanya melakukan hal itu, niscaya kehidupan rumah tangga akan semakin mengembunkan keceriaan, kebahagiaan dan ketentraman, pada kulit kehidupan keseharian.

Persoalannya, banyak pasutri yang enggan mengubah karakter dan kebiasaan diri. Di sisi lain, mereka juga kurang berminat untuk mengoptimalkan karakter dan kebiasaan diri yang berpotensi membahagiakan pasangan. Kenapa? Karena banyak orang ingin menjalani hidup ini secara mengalir begitu saja.

Padahal, tidak ada puncak kebahagiaan yang bisa dicapai tanpa tetesan keringat. Itu artinya, kebahagiaan harus dicari dan diusahakan. Kalau Allah telah menciptakan segala potensi itu pada diri kita, kenapa kita tidak mengusahakannya?

Amatlah mudah untuk memahami apa yang disukai pasangan dari diri kita, dan apa yang tidak disukai oleh pasangan dari diri kita. Hanya persoalannya, maukah kita berusaha agar pasangan kita semakin hari semakin banyak mendapatkan hal-hal yang paling disukainya dari diri kita?

Keempat: Menghargai Pasangan

Apapun yang diusahakan oleh manusia, selalu saja menyisakan kekurangan dan kealpaan. Alangkah baiknya, bila kitapun belajar menghargai kelebihan dan kekurangan orang lain, terlebih lagi, bila orang lain itu adalah pasangan kita. Suami, atau isteri kita.

Langkah keempat ini adalah langkah antisipasi atas segala kekurangan yang terjadi, saat segala upaya telah dilakukan. Sekadar menyadarkan kita, bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Maka kebahagiaan diri kita hanya bisa dicapai, bila kita mampu memahami segala kekurangan siapapun yang dengannya kita berinteraksi. Terutama sekali pasangan kita sehari-hari.

Memahami kekurangan, berarti juga menghargai kelebihan. Semakin seorang suami atau isteri memahami kekurangan pasangannya, semakin pula ia mampu menghargai kelebihan dan keistimewaan yang dimiliki pasangannya.

“Wajar, kalau dia kurang pandai memasak, karena sejak kecil tidak terbiasa melakukannya. Tapi bersih-bersih, dia tetap jagonya…”

“Mungkin suamiku agak sedikit pemarah, karena dia memang anak satu-satunya dalam keluarga. Tapi soal keromantisan, makin hari makin luar biasa…”

Salah satu tips menghargai pasangan adalah membangun kebiasaan untuk mempelajari kelebihannya. Artinya, suami maupun isteri, sebaiknya melihat apa yang menjadi kelebihan pasangannya, lalu belajar untuk bisa seperti dia. Kenapa demikian? Karena seseorang akan bisa menghargai pekerjaan atau sesuatu, bila ia sudah mengenalinya. Bila sudah sibuk memasak di dapur, atau membersihkan kamar mandi, seorang suami akan mengerti betapa pekerjaan-pekerjaan isterinya itu sesungguhnya sangatlah luar biasa.

Begitu pula, bila isteri menyempatkan diri membantu mengerjakan sebagian pekerjaan suami. Begitu pula, bila suami maupun isteri menyempatkan diri untuk melakukan hal-hal yang menjadi kelebihan pasangan, meski itu sebenarnya sudah lazim dikerjakan oleh isteri atau suami sepertinya.

Selain meniru kebiasaan baik pasangan, sebaiknya suami ataupun isteri juga mengajarkan kelebihannya kepada pasangannya. Suasana take and give itu akan indah, ketika masing-masing saling menyadari bahwa yang ia miliki juga sudah seharusnya dimiliki oleh pasangannya. Meski dalam kenyataan itu tidaklah mudah, dan kalaupun berhasil tidak akan sepenuhnya, namun dengan kebiasaan itu masing-masing akan semakin mampu menghargai pasangan. Tanpa belajar memahami pasangan, pasutri akan terus dibuat kepayahan oleh pasangannya sendiri sepanjang hidupnya.

(#qçRur$yès?ur ’n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3“uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? ’n?tã ÉOøOM}$# Èbºurô‰ãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߉ƒÏ‰x© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ

” dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya…” (Al-Maidah : 2)

Yang Kelima: Bertawakal Kepada Allah

Manusia tidak mungkin menjemput kebahagiaan, dengan hanya mengandalkan kemampuannya sendiri. Manusia, tetaplah manusia dengan segala keterbatasannya. Tentu ada kekuatan tak terbatas yang mampu membolak-balikkan hati. Yang mengubah yang tidak ada menjadi ada, yang ada menjadi tidak ada. Kekuatan itu adalah kekuasaan Allah, YangMahaPerkasa.

Di sisi lain, manusia tak pernah bisa melepaskan diri dari kekurangan yang menjadi karakter dasarnya,

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir..” (Al-Ma’aarij : 19-21)

Hanya orang yang taat dan senantiasa beribadah kepada Allah, yang mampi meminimalisir pengaruh dari karakter dasar manusia itu. Selebihnya, dari awal hingga akhir, ia harus senantiasa menyandarkan urusannya kepada Allah.

“Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (al-Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh…” (Al-A’raaf : 196)

“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Ali Imran : 173-174)

Pasutri harus membiasakan diri untuk bertawakal kepada Allah. Beban hidup, persoalan, keragaman peristiwa, hal-hal yang tak terduga, semua sering dapat mengejutkan dan menindih jiwa kita dengan beban yang berat.

Seringkali sesuatu itu menjadi tak seindah yang dibayangkan. Seringkali hal-hal terjadi tak sewajar yang kita pikirkan. Maka, hanya dengan bertawakal segala persoalan itu mengendap menjadi ampas-ampas beban yang tak lagi menyiksa.

Simak, sabda Nabi n,

لَوْ كَانَ لِيْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا لَسُرُّنِيْ أَنْ لاَ تَمُرُّ عَلَيَّ ثَلاَثَ لَيَالٍ وَ عِنْدِيْ مِنْهُ شَيْءٌ، إِلاَّ شَيْءٌ أَرْصَدَهُ لِدَيْنٍ

“Seandainya aku memiliki emas sebanyak gunung Uhud, maka aku sangat bergembira kalau tidak sampai berlalu tiga hari lamanya hingga tidak ada sedikit pun yang tersisa dari emas itu, kecuali sesuatu yang aku siapkan untuk membayar utang.”[5]

Kita boleh saja berusaha, tapi segalanya sudah tersurat. Keyakinan ini seharusnya memberi kekuatan lebih pada jiwa pasutri, sehingga senantiasa menyadari bahwa mereka hanyalah manusia biasa. Dan bahwa asalkan mereka bertakwa, tidak ada hal yang dapat mencelakakan mereka.

“Ketahuilah, seandainya seluruh manusia berkumpul untuk mendatangkan manfaat padamu maka, mereka takkan dapat memberikan manfaat itu kecuali manfaat sebatas yang telah Allah tetapkan padamu. Ketahuilah, seandainya mereka semua bersatu untuk mencelakakan dirimu, maka mereka tak dapat mendatangkan mudharat kecuali sebatas mudharat yang telah Allah tetapkan atas dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.”[6]

Pasutri harus saling ingat mengingatkan, agar bertawakal kepada Allah, menyerahkan segala hal, urusan dan akhir perjalanan hidup ini kepada Allah semata. Kita hanya wajib berusaha, dan Allah yang akan menentukan segalanya.

Membiasakan diri, untuk tersenyum dalam segala kepedihan.

Membiasakan diri, untuk menolong orang lain dalam segala kesusahan.

Membiasakan diri, untuk bersyukur atas segala kesulitan.

Membiasakan diri, untuk mengerjakan sesuatu tanpa terbebani oleh apa yang akan terjadi sesudahnya.

Seorang isteri harus membiasakan diri melepas suami bekerja dengan senyum indah, dan menyambutnya kembali sepulang kerja dengan senyum yang tetap mengembang sentosa.

Seorang suami harus membiasakan diri memahami relung-relung terdalam dari perasaan seorang isteri. Mempelajari body language yang menjadi ciri khas wanita, sehingga lebih mampu memberi sentuhan-sentuhan bahagia kepadanya.

Suami dan isteri haruslah membiasakan diri, untuk menyadari bahwa segala yang terjadi bukanlah hak manusia untuk mengadilinya…..

[1] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi IV : 609. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban I : 510. Diriwayatkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’uz Zawaa-id IV : 71. Juga oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannif VI : 198. Lalu oleh Ath-Thabrani X : 215.
[2] Lihat Jami’ul Uluum wal Hikam I : 163.
[3] Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah nomor 949.
[4] Diriwayatkan oleh Imam Muslim II : 1091 dan Ahmad II : 329.
[5] Shahih Al-Al-Bukhari, No. 6443
[6] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, No. 244. Beliau berkomentar, “Hadits ini hasan Shahih”.

Penulis: Abu Umar Basyir
Artikel: salafiyunpad.wordpress.com

Selalu Ada Hikmah, Di Balik Percekcokan Rumah Tangga

Selalu Ada Hikmah, Di Balik Percekcokan Rumah Tangga
Oleh Al Ustadz Abu Umar Basyir Al Maidani hafizhahullah

Hikmah ‘Huru-Hara’ Rumah Tangga

Bagi kaum beriman, pernikahan memiliki nilai multikompleks. Nuansa iman dan pengabdian menjadi motivator tersendiri yang melahirkan berbagai target dan tujuan mulia dalam mengarungi hidup berumah tangga. Salah satu tujuan pernikahan dalam Islam yang memiliki nilai ‘greget’ paling dominan adalah mencari kebahagiaan.
Kenikmatan Di Balik Prahara

Mencari kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga tak ubahnya mencari ‘benda kesayangan’ yang lenyap di rerimbunan hutan belukar, atau menuntaskan dahaga dengan meneguk air embun yang dikumpulkan dari dedaunan di kebun yang luas membentang. Sesuatu yang harus, tapi tidak bisa diperoleh dengan bersantai-santai, tidak bisa dicapai usaha yang dilakukan setengah-setengah. Namun di situlah letak seni kebahagiaan dalam rumah tangga, bahkan dalam persepsi umum, juga kebahagiaan dalam segala hal.

Allah berfirman:
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Sesungguhnya di balik kesulitan, pasti terdapat kemudahan.” (Al-Insyiraah : 6)

Pepatah Arab mengatakan:

وَانْصَبْ فَإِنَّ لَذِيْذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَبِ

“Bersusahpayahlah. Kerena kenikmatan hidup itu didapatkan melalui kepayahan.”

Tentu saja, segala kesulitan itu bukanlah hal yang kita cari-cari. Tapi garis takdir dan sunnatullah telah tergurat sedemikian rupa dalam realitas kehidupan rumah tangga siapapun di dunia ini, termasuk rumah tangga Rasulullah r. Bahkan realitas itu mirip dengan fenomena dosa. Setiap muslim harus menghindari dosa. Tapi tak seorangpun yang terbebas dari dosa. Sehingga Rasulullah r menegaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya:

“Masing-masing anak manusia adalah pelaku dosa. Namun sebaik-baiknya orang yang berdosa adalah yang paling banyak bertaubat.”

Bahkan dalam Miftaah Daaris Sa’aadah jilid kedua, Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa di antara hikmah terjadinya dosa adalah agar semakin jelas keberadaan Allah sebagai Yang Maha Pengampun, dan juga keberadaan Allah sebagai Yang Maha Dahsyat siksa-Nya. Melalui rangkaian dosa demi dosa, muncul berbagai keutamaan istighfar dan bertaubat. Bahkan karena ‘dosa’ Adam, umat manusia berkesempatan melakukan banyak amal kebajikan, menebarkan amar ma’ruf nahi mungkar di dunia ini. Untuk tujuan itu pula di utus para nabi. Semua itu adalah hikmah dari adanya dosa. Namun tidaklah berarti kita hidup untuk berbuat dosa. Demikian juga halnya berbagai problematika dalam hidup rumah tangga. Meski bukan hal yang dicari-cari, namun mau tidak mau harus tetap dihadapi, dan pada akhirnya, bagi seorang mukmin sejati, pasti akan menyemburatkan ribuan hikmah yang tersembunyi.
Ragam-ragam Kesulitan Rumah Tangga

Saat bahtera rumah tangga di lepas di pantai pelaminan, suka dan duka kehidupan suami istri mulai dikecap secara bergantian. Soal kenikmatan dan kebahagiaannya, tidak perlu diungkapkan lagi. Hanya sepasang pengantin yang sedang ‘dilanda’ bulan-bulan kenikmatan yang mampu mengungkapkannya secara lebih hidup dan nyata. Namun saat hubungan interaksi mulai berlangsung, saat kepekeaan, emosi dan tingkat intelektualitas mendapat ujian menghadapi batu-batu sandungan, masing-masing harus lebih mawas diri. Kesabaran menjadi kata kunci menuju sukseks melawan dera masalah. Kesulitan-kesulitan yang mungkin muncul, yang mungkin bisa diistilahkan sebagai bumbu rumah tangga, bisa berpangkal dari banyak hal. Mungkin di antaranya sebagai berikut:

1. Perbedaan karakter dasar.
2. Perbedaan tingkat intelejensi, kadar intelektualitas dan wawasan berpikir.
3. Perbedaan usia yang terlalu menyolok.
4. Perbedaan latar belakang pengalaman, satus sosial dan lingkungan hidup.
5. Perbedaan pemahaman dan prinsip hidup dan beragama.
6. Kurangnya pengalaman interaksi sosial.
7. Kesulitan ekonomi.
8. Cacat dan kekurangan pisik ataupun mental yang baru diketahui belakangan.

Di antara beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya konflik dalam rumah tangga tersebut, ada yang bersifat prinsipil sehingga tidak bisa ditolerir, seperti perbedaan prinsip hidup dan pemahaman agama. Dalam hal ini, harus ada penyatuan melalui dialog dan pembicaraan dari hati ke hati. Bila tidak mungkin, bisa menjadi kendala yang tidak akan terselesaikan kecuali dengan perceraian. Di antara faktor lain, ada yang sah dijadikan alasan untuk ‘menggugat pernikahan’, seperti cacat tersembunyi, atau perbedaan tingkat intelejensi dan status sosial yang terlalu menyolok. Dalam istilah agama disebut perbedaan kufu. Namun bukan berarti tidak bisa diatasi sama sekali. Sementara faktor-faktor lain lebih menyerupai kendala umum yang hampir dialami oleh setiap rumah tangga.
Menghindari Badai

Segala persoalan dan kesulitan dalam rumah tangga, sekecil apapun, sering terlihat bagaikan badai laut, karena terasa mengusik kenikmatan yang sedang dicoba untuk diraih secara optimal. ‘Badai’ itu sudah pasti ada, besar atau kecil. Kita tidak dituntut untuk melawan goncangan badai, namun usahakan secerdik mungkin menghindarinya atau menghindari bahayanya bila memang ‘sang badai’ sudah sempat menerpa.

Badai rumah tangga seringkali tampil dalam wujud percekcokan antara suami istri. Kalau dibilang sebagai bumbu, mungkin lebih layak disebut bumbu yang terlalu pedas. Karena percekcokan antara dua insan yang seharusnya bersatu, yang seharusnya tenggelam dalam suasana tentram, penuh dengan kasih saying, jelas berpengaruh amat besar terhadap kebahagiaan masing-masing pihak, bahkan berpengaruh pada penyelesaian tugas masing-masing dalam rumah tangga. Banyak nasihat para ulama yang dipaparkan dalam buku-buku panduan pernikahan untuk mengatasi terjadinya kasus percekcokan pasutri tersebut. Mungkin bisa kita tarik beberapa point terpenting di antaranya:

1. Mempelajari hukum-hukum syariat dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah r. Kiat pertama ini untuk membentengi masing-masing pasutri dalam kesalahan mengambil sikap saat akan, sedang atau setelah terjadinya konflik.
2. Meneliti kembali hak dan kewajiban masing-masing. Dengan kiat ini, diharapkan kesalahan akibat melalaikan hak dan kewajiban yang sering menimbulkan polemik bisa dihindari, setidaknya diminimalisir.
3. Meminta nasihat orang tua dan alim ulama. Orang tua diperlukan dengan pengalamannya. Sementara para ulama dibutuhkan dengan ilmu, wawasan dan fatwanya. Menyelesaikan segala hal dengan segala keterbatasan diri sendiri adalah sikap nekat yang sering berakibat fatal.
4. Mengoptimalkan kesabaran, bila perlu melatih diri untuk menjadi lebih penyabar dan tabah menghadapi segala masalah. Di dalam hidup berumah tangga, kesabaran lebih dibutuhkan daripada sekedar berinteraksi dengan teman dekat misalnya. Istri, bagi seorang suami, sudah menjadi belahan jiwa. Sehingga menghadapi seorang istri yang sulit memahami ungkapan dan penjelasannya saja seorang suami sudah bisa dibikin susah. Oleh sebab itu, tidak jarang seorang suami tampil demikian percaya diri dan amat meyakinkan di hadapan publik, namun menjadi amat bodoh dan tidak punya nyali di hadapan istrinya. Demikian juga seorang istri. Seringkali seorang istri mampu menahan berbagai terpaan fitnah hebat dari luar rumah, namun menjadi pusing tujuh keliling, hanya menghadapi seorang suami yang menimbulkan masalah-masalah sederhana. Di situ kesabaran diuji.
5. Memaklumi sebagian kekurangan. Ibarat pepatah Arab yang artinya: “Siapa yang mencari kawan tanpa kekurangan, pasti akan hidup tanpa kawan.” Nabi r juga telah memperingatkan kita agar memaklumi sebagian dari kekurangan pasangan kita. Karena bila kita kecewa terhadap salah satu sifat buruknya, pasti kita akan dibuat terperangah dan senang oleh sifatnya yang lain.
6. Bertaubat. Hanya taubat yang tulus yang dapat membuka pintu hati masing-masing pasangan suami istri untuk mengetahui kekurangannya, untuk mau memperbaiki diri dan menjalankan segala kewajibannya di hadapan Allah dan terhadap pasangannya. Allah berfirman dalam surat At-Tahriem ayat 10, yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kalian dengan taubat yang tulus. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kalian..”

Taubat yang tulus membuka pintu ampunan Allah l. Seringkali salah satu pasangan suami istri menukas cerdik,

“Kalau Allah l saja mau memberikan ampunan, kenapa kita tidak?”

Mungkin bisa dijawab dengan canda ringan,

“Ya bisa saja, tapi ada syaratnya. Taubat kan juga ada syaratnya.”

Mungkin pasangan lain bisa menimpali: “Okey. Syaratnya boleh apa aja.”

1. Jangan mendramatisir persoalan. Bila masing-masing pihak sudah berbaikan, coba tekan permasalan hingga ke bawah telapak kaki. Jangan mendramatisir suasana, misalnya dengan nyeletuk: “Aduh, gara-gara kamu tadi, aku jadi gak bisa kerja. Kepalaku pusing!” Atau dengan nada kesal melontarkan kata-kata: “Baik, aku maafkan. Tapi rasanya ku tidak akan melupakan kejadian ini seumur hidupku!”

Semua sikap seperti itu sering berakibat buruk. Sering menunda-nunda terjadinya perbaikan antara kedua belah pihak. Untuk itu, faktor kesabaran yang ditambah dengan formula ‘mudah mengalah’, amatlah dibutuhkan.

Pada akhirnya, kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang muncul melalui penempaan, gemblengan dan cobaan. Justru di situlah letak dari ‘seni hidup’ di dunia ini. Sementara bagi seorang mukmin, kebahagiaan di dunia hanya merupakan garis kodrat yang harus dilaluinya melalui berbagai upaya memaksimalkan penghambaan dirinya terhadap Allah, sehingga akan melahirkan kebahagiaan ‘super sejati’ di akhirat nanti, yang tidak lain, bagi seorang mukmin, adalah pintu keluar dari penjara dunia…..

Penulis: Abu Umar Basyir
Artikel: Salafiyunpad.WordPress.Com

Persiapan sebelum melahirkan

Persiapan Sebelum Persalinan
by ummuabdillah

Kelahiran anak merupakan suatu yang selalu diimpikan oleh pasangan hidup rumah tangga, ketahuilah, anak adalah karunia Allah dan merupakan titipan dari-Nya. Tapi, pada umumnya bagi calon ibu, atau sang akhwat yang melahirkan untuk pertama kali, biasanya merasa ngeri dan bingung, gimana sih cara melahirkan????.
Tapi jangan khawatir ukhti,…
Sebenarnya tidak perlu ada yang dicemaskan, bertawakallah kepada Allah, Yang Maha Kuasa. Kemudian artikel bawah ini mudah-mudahan bisa membantu ukhti dalam mengurangi ketegangan menghadapi persalinan, setelah pertolongan dari Allah ta’ala. Artikel ini berisikan pengetahuan umum tentang reaksi, kejadian, serta tindakkan yang harus kita lakukan, selamat membaca
Kejadian-kejadian pada kala I sebelum kelahiran.
Kala I : Permulaan kontraksi yang teratur sampai pembukaan lengkap leher rahim.
I : a. Pembukaan leher rahim sampai 3 cm.
b.Kejadian :
– His (kontraksi ) teratur tiap 10-15 menit.
– Keluar sedikitdarah campur lendir
– Pembukaan leher rahim.
– Ibu merasa nyeri di pinggang.
c Tindakan :
– Jika ketuban belum pecah bolehberjalan-jalan.
– Mengosongkan kandung seni.
II. a. Pembukaan leher rahim 3-9 cm.
b. Kejadian:
– His (kontraksi) makin kuat tiap 3-5 menit.
– Ketuban menonjol/pecah.
– Ibu merasa nyeri perut yang kuat sehingga berbaring.
c.Untuk mengurangi nyeri :
– Tekan dengan tangan pada tulang kelangkang dan menggosok punggung.
– Banyak minum.
– Sering kencing
– Tidak boleh mengejan, tarik napas dalam-dalam jika ingin pengejan
.
III a. Pembukaan 9-10 cm.
b. Kejadian :
– His makin kuat tiap 2-3 menit.
– Timbul nyeri yang keras.
– Keluar darah saat his.
– Ketuban pecah.
c Tindakan :
– Tidak boleh mengejan sebelum pembukaan lengkap.
– Tarik nafas secara cepat saat his.
Kejadian-kejadian dalam kala II persalinan.
a.Kejadian :
– Kepala belum sampai dasar panggul.
– His mengejan, kehendak mengejan sukar di kendalikan.
– Keluar darah, lendir makin banyak.
-Pembukaan lengkap.
– Ketuban pecah.
– Ibu tanpa sadar ingin menarik tungkai ke atas.
b. Tindakan :
– Pada waktu kesakitan itu dipersilahkan menarik nafas dalam-dalam, kemudian dengan menahan nafas, menutup mulut, mengangkat kepala mengejan selama ada his dan istirahat bila kontraksi berhenti.
Gejala Bersalin.
– Lebih mudah bernafas.
– Sering BAK.
– Perut kendang,tegang.
Segera ke RS / Bidan, jika :
– Kontraksi rahin teratus, 10-15menit sekali, perut keras, jika tidur dinding perut naik
– Nyeri pada pinggang menuju perut.
– Dengan majunya waktu his makin kuat.
– Keluar lendir bercampur darah.
– Terjadi pendarahan leher rahim.
Persiapan fisik :
– Tenang, minum susu +telur.
– Mandi air hangat.
– Memotong rambut aurat.
Pelepasan uri (tali pusat).
– 5-80 menit, uri harus keluar.
– Reaksi dari rahim.
– Pelepasan uri rahim berkontraksi,darah mengalir, tali pusat memanjang, rahim naik ke atas menjadi keras dan bulat.
– Ibu merasa mules di perut.
Masa dua jam setelah persalinan.
– Rahim berkontraksi.
– Ibu gembira, merasa gemetar, ingin istirahat.
– Usahakan kencing dengan cara :
i. Cepat bangkit dari berbaring.
ii. Menaruh botol air hangat di atas perut bagian bawah.
iii. Dengar suara air kran.
iv.Usahakan 3 hari sebelum melahirkan sudah buang air basar, agar saat melahirkan
tidak menumpuk, kalau susah BAB makan pepaya, obat dulcolax.
Posisi melahirkan
– Hemat tenaga pada awal kontraksi perut terasa. Usahakan mandi air hangat, minum susu + telur, bersikap santai, jalan-jalan, sampai darah, lendir keluar sedikit.
– Jika kontraksi semakin hebat. Berbaring, ubah-ubahlah posisi berbaring, duduk dengan mengganjal
punggung dengan beberapa bantal.
– Posisi persalinan : berbaring terlentang dengan kedua kaki di tekuk, kepala ibu diluruskan / mengubah posisinya miring, saat tidak ada kontraksi.
Sumber : jilbab.or.id